Tuesday, January 11, 2011

Teks Pantun: (Pengertian, Struktur Isi, Ciri, Kaidah Kebahasaan Dan Referensi Teks Pantun)

Pantun pada umumnya dipakai untuk mengungkapkan segala macam perasaan atau curahan hati baik perasaan sedih,  senang, cinta maupun benci. Membaca pantun dengan berbalasan harus memperhatikan gaya pembacaan dan kejelasan pengucapan dalam kalimat. jikalau membaca pantun duka maka melafalkan dengan intonasi sedih, jikalau pantun bahagia melafalkan pantun senang. Ketika melaksanakan acara berbalas pantun ciptakanlah suasana santai dan gembira.kalau perlu acara dilakukan di luar kelas.

Materi kelas yang mempelajari wacana pantun disampaikan di kelas XI pelajaran bahasa indonesia untuk kurikulum 2013 (kurtilas) pokok bahasan teks pantun, di artikel kali ini saya akan jelaskan kembali mengenai teks pantun sehingga anda bisa memahami struktur dan kaidah teks pantun, juga bisa menginterpretasi makna teks, pantun, baik secara verbal maupun tulisan.

 pada umumnya dipakai untuk mengungkapkan segala macam perasaan atau curahan hati baik p Teks Pantun: (Pengertian, struktur isi, ciri, kaidah kebahasaan dan teladan teks pantun)


Apa yang akan sampaikan di artikel kali ini yakni menyangkut Pengertian teks pantuk, struktur isi, ciri teks pantun kaidah kebahasaan dan juga teladan teks pantun. sehingga pembaca dibutuhkan bisa mengenali struktur isi teks pantun, ciri bahasa, pemahaman isi teks pantun, persamaan/perbedaan  struktur isi  dan ciri bahasa dua teks pantun, langkah-langkah penulisan teks pantun  ( menemukan topik, mengembang kan sesuai dengan struktur isi dan ciri bahasa), analisis isi teks pantun, analisis bahasa teks pantun, penyuntingan isi sesuai dengan struktur isi teks pantun, penyuntingan bahasa sesuai dengan:  ejaan, dan tanda baca dan lain sebagainya.

Pengertian teks pantun

Pantun yakni bentuk puisi usang yang terdiri atas empat larik, berima silang (a-b-a-b). Larik pertama dan kedua disebut sampiran. Larik ketiga dan keempat dinamakan isi. 

Menurut KBBI ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ), semua bentuk pantun terdiri atas dua bab yaitu sampiran dan isi. Sampiran yakni dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya) dan biasanya tak punya hubungan dengan bab kedua yang memberikan maksud selain untuk mengantarkan rima atau sajak. Dua baris terakhir merupakan isi yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.

Ciri-ciri teks pantun

Ciri-ciri teks pantun yakni sebagai berikut:
Pantun 2 atau bisa disebut sebagai pantun karmina ciri-cirinya yakni sebagai berikut:
  • Satu bait terdiri dari dua baris
  • Setiap Satu baris terdiri dari 4-6 kata
  • Jumlah suku kata setiap Satu baris terdiri dari 8-12 suku kata
  • Pola Sajak  a-a
  • Baris pertama yakni sampiran
  • Baris kedua yakni isi.

Sedangkan pantun 4 baris atau pantun biasa ciri-cirinya:
  • Satu bait terdiri dari 4 baris
  • Baris 1 dan 2 merupakan sampiran atau pembayang
  • Baris 3 dan 4 merupakan isi
  • Satu baris terangkai dari 4-6 kata
  • Satu bait terdiri dari 8-12 suku kata
  • Bersajak a-a-a-a atau a-b-a-b

Struktur Teks Pantun

Struktur teks pantun sangat tergantung dengan jenis pantuan itu sendiri, contohnya teks pantun talibun, pantuan biasa dan karmina, struktur teksnya akan sedikit berbeda satu sama lain. namun biasanya strukturnya terdiri dan sampiran dan isi.

a. Struktur pantun biasa
Pantun biasanya pada umumnya mempunyai 4 baris, dua baris pertama disebut sampiran dan 2 baris terakhir disebut sebagai isi, baris 1 dan 2 biasanya untuk membentuk rima, dan umumnya bab sampiran ini tidak berafiliasi dengan isi dari pantun terseubut, sedangkan baris 3 dan 4 biasanya merupakan isi pantun yang merupakan bab dari tujuan pantun tersebut.

b. Pantun Karmina
Pantun karmina yakni pantun yang hanya berisi 2 baris saja, baris pertama disebut sampiran dan baris ke dua disebut isi, pantun ini umumnya mempunyai pola teks a-a

c. Pantun talibun
Pantun talibun yakni pantun yang mempunyai 6 baris, 3 baris pertama disebut seagai sampiran dan 3 baris berikutnya disebut isi

Kaidah Kebahasaan teks pantun

Sebuah pantun memakai bahasa sebagai media untuk mengungkapkan makna yang ingin disampaikan. Struktur kebahasaan pada sebuah pantun sering juga disebut dengan struktur fisik. Struktur fisik tersebut meliputi diksi, bahasa kiasan, imaji dan bunyi yang terdiri atas rima dan irama.

1. Diksi 
Diksi diartikan sebagai pilihan kata yang sempurna dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh pengaruh tertentu menyerupai yang diharapkan. Akan tetapi, diksi yang dipakai berbeda dengan pantun yang lahir pada zaman modern. Kata yang dipakai seringkali dihubungkan dengan banyak sekali sarana dan prasarana mutakhir. Berikut salah satu contohnya: Jalan-jalan ke pasar unik, Membeli baju dan handphone baru. Siapa gerangan perempuan cantik, Yang tersenyum di hadapanku.

2. Bahasa Kiasan 
Bahasa Kiasan yaitu bahasa yang dipakai pelantun untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yang secara tidak eksklusif mengungkapkan makna. Bahasa kiasan di sini bisa berupa peribahasa atau ungkapan tertentu dalam memberikan maksud berpantun.

3. Imaji
Imaji atau citraan yang dihasilkan dari diksi dan bahasa kiasan dalam pembuatan teks pantun. Pengimajian akan menghasilkan gambaran yang diciptakan secara tidak eksklusif oleh pelantun pantun. Oleh lantaran itu, apa yang digambarkan seakan-akan sanggup dilihat (imajinasi secara visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

Salah satu contohnya: Kalau pedada tidak berdaun Tandanya ulat memakan akar Kalau tak ada tukang pantun Duduk musyawarah terasa cuek Imaji yang dilukiskan pada pantun tersebut yakni imaji visual (melihat) dan imaji taktil (merasakan).

Imaji visual sanggup dilihat pada baris pertama /Kalau pedada tidak berdaun//Tandanya ulat memakan akar/, seakan-akan pendengar melihat ulat memakan akar lantaran sudah tidak ada daun yang bisa dimakan pada flora pedada. Sementara itu, imaji taktil tergambar pada bab isi /Kalau tak ada tukang pantun//Duduk musyawarah terasa hambar/. Hal ini menciptakan pendengar seakan-akan mencicipi kehambaran dalam musyawarah tersebut lantaran tidak ada tukang pantun yang ber pantun.

4. Bunyi (Rima dan Irama)
Rima merupakan unsur pengulangan bunyi pada pantun, sedangkan irama yakni turun naiknya bunyi secara teratur. Selain untuk memperindah bunyi pantun, bebunyian diciptakan juga semoga penutur (pelantun) dan pendengar lebih gampang mengingat serta mengaplikasikan pesan moral dan spiritual yang terdapat dalam teks pantun jenis apapun.

Pemilihan dan susunan katanya ditempatkan sedemikian rupa, sehingga kata dalam pantun tidak sanggup dipertukarkan letaknya atau diganti dengan kata lain yang mempunyai makna yang sama. Selanjutnya yakni menyusun larik-larik yang sengaja diacak dan memilih sampiran dan juga isi.

Langkah-langkah menciptakan teks pantun

Langkah-langkah untuk menciptakan teks pantun biasanya diawali dengan memilih jenis pantun dan karakteristik pantun yang ingin dibuat, lalu dilanjutkan dengan memilih tema, menulis isi dan memilih sampiran, sampiran dibentuk terakhir lantaran akan sangat ditentukan oleh isi pantun yang akan disampaikan.

Berikut yakni langkah-langah menciptakan teks pantun:

1. Memahami karakteristik pantun
Karana teks pantun syarat akan kaidah dan hukum maka langkah pertama sebelum memulai menulis pantun yakni memahami karakteristik pantun, yaitu struktur dan kaidah bahasanya. dengan memahami karakteristik pantun, maka pantuan akan lebih gampang dibentuk sesuai dengan tujuan yang ingin disampaikan.

2. Menentukan tema
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau wangsit pikiran wacana suatu hal, salah satunya dalam menciptakan suatu goresan pena termasuk pantun. Pilih jenis pantun yang di anggap menarik, menyerupai misalkan pantun pantun cinta, pantun agama, jenaka, pantun nasihat,  pantun teka-teki, pantun pendidikan dan pantun jenis lain sebagainya.

3. Menulis isi
Trik dalam menulis pantun yang paling gampang yakni menulis isinya terlebih dahulu secara berurut, gres sehabis isinya diketahui maka langkah berikutnya gres memilih sampiran.
Contoh:

....
....

Hutang emas boleh dibayar
Hutang kebijaksanaan dibawa mati

4. Menulis sampiran

Langkah berikutnya sehabis menulis ini adalah, memilih sampiran untuk melengkapi isi yaitu baris ke 1 dan ke 2 dengan memperhatikan persamaanya. Contoh contohnya ditambahkan dengan dua kalimat : Pisang emas dibawa berlayar, masak sebiji di atas peti
sehingga secara lengkap menjadi sebuah teks pantun yang utuh menyerupai di bawah ini:

Pisang emas dibawa berlayar
 masak sebiji di atas peti

Hutang emas boleh dibayar
Hutang kebijaksanaan dibawa mati

Contoh teks pantun

Berikut teladan teks pantun:

Air pasang bulanpun terang
Hanyutlah sampan dari jawa

Jika tiba hati yang bimbang
Bagaikan hilang rasanya nyara